Jumat, 18 Oktober 2013

SALINGTEMAS



BAB  I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada perkembangan mencapai kesempurnaan melalui pendidikan. Anak diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu dari tugas- tugas professional dan hidup. Dalam hal ini, occupation –oriented atau training for life.
            UNESCO mencanangkan empat pilar belajar yaitu “Learning to know; Learning to do, Learning to live together; dan Learning to be”. Peserta didik harus diberdayakan agar memiliki pemahaman dan pengetahuan ( learning to know) terhadap dunia nyata, dengan pengetahuan itu dia dapat berbuat (learning to do), kemudian dapat memperkaya pengalaman belajarnya melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya serta bisa menjalin kerjasama antar sesama manusia (learning to life together). Dengan pengetahuan yang dimiliki, kemampuan berbuat dan bekerjasama, peserta didik dapat membangun kepercayaan diri dan membangun jati dirinya sehingga bisa hidup mandiri (learning to be) (Nurhayati, 2011).
            Sains merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasari oleh manusia. Mata pelajaran sains di sekolah merupakan suatu bentuk ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam dan kebendaan yang diperoleh dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia yang tersusun secara sistematis yang membutuhkan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
            Pendidikan sains memiliki peran penting dalam menyiapkan anak memasuki dunia kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk (fakta,konsep,prinsip,teori, hukum) dan proses (cara-cara memperoleh,mengembangkan,menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berpikir, cara memecahkan masalah dan cara bersikap )
            Sains melandasi perkembangan teknologi, sedangkan teknologi menunjang perkembangan sains. Sains terutama digunakan untuk aktivitas discovery dalam upaya memperoleh penjelasan tentang obyek dan fenomena alam serta untuk aktivitas invention (penemuan) berupa rumus-rumus sedangkan teknologi merupakan aplikasi sains terutama dalam kegiatan invention, berupa alat-alat atau barang-barang untuk memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini pengembangan sains tidak selalu dikaitkan dengan aspek kebutuhan masyarakat sedangkan pengembangan teknologi selalu dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian sains, teknologi, dan masyarakat merupakan bagian  yang tidak terpisahkan.
            Kemajuan sains dan teknologi dapat membawa manusia ke jenjang kebahagiaan, tetapi sekaligus dapat membawa manusia ke dalam kesengsaraan apabila penggunaan teknologi tidak tepat.
            Perkembangan ekonomi yang pesat perlu diimbangi dengan kemampuan manusia memanfaatkan SDA secara berkesinambungan dan seimbang. Apabila SDA dieksploitasi secara tidak terkendali akan membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Pembelajaran sains (Ilmu Pengetahuan Alam), dikenal beberapa pendekatan, seperti:
·         Pendekatan keterampilan proses
·         Pendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (salingtemas)
·         Pendekatan konstruktivistik
·         Pendekatan kontekstual
·         Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif ( CBSA)
Pendekatan salingtemas dalam pembelajaran dikondisikan agar  siswa mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi diikuti dengan pemikiran untuk mengurangi dan mencegah kemungkinan dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari munculnya produk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
B. Rumusan masalah
     Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1.      Apa pengertian pendekatan sains lingkungan teknologi dan masyarakat?
2.      Apa sasaran dan tujuan  pendekatan sains lingkungan dan teknologi dan masyarakat?
3.      Bagaimana  pembelajaran yang saling terintegrasi dengan pendekatan saling temas?
4.      Bagaimana  implementasi pendekatan sains lingkungan teknologi dan masyarakat  dalam pembelajaran?
C. Tujuan
     Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.      Mengetahui pengertian pendekatan sains lingkungan teknologi dan masyarakat dan implementasinya dalam pembelajaran
2.      Mengetahui sasaran dan tujuan  pendekatan sains lingkungan dan teknologi dan masyarakat
3.      Mengetahui pembelajaran yang saling terintegrasi.
4.      Mengetahui  implementasi pendekatan sains lingkungan teknologi dan masyarakat  dalam pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
            Pendekatan salingtemas merupakan akronim dari sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pendekatan salingtemas dalam bahasa inggris disebut  ‘’Science, Environment, Technology and Society’’disingkat SETS merupakan suatu pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (Poedjiadi, 2005). . Pembelajaran dengan strategi  salingtemas merupakan perpaduan dari strategi pembelajaran STS (Science,Technology, Society) dan EE (Environmental Education).
            Urutan ringkasan salingtemas membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk technologi (T) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat(S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai implikasinya pada pendekatan lingkungan (E) secara fisik maupun mental secara tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan salingtemas yang relatif dimiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau system kehidupan manusia.
            Secara mendasar dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan salingtemas, diharapkan peserta didik memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur salingtemas, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang dimilkinya. Sebagai konsekuensinya, diharapkan agar pengetahuan yang dipahaminya secara mendalam itu akan memungkinkan mereka memanfaatkan pengetahuan yang dimilki dalam kehidupan. Maksudnya ialah bahwa pendidikan salingtemas ditunjukkan untuk membentuk peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik (Binadja, 2002 ).
            Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model Salingtemas  adalah suatu pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui, dimana ilmu (sains) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.

            Secara umum dikatakan bahwa pendidikan salingtemas mempunyai makna pengajaran sains yang dikaitkan dengan unsur dalam salingtemas.  Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena keterkaitan dan ketergantungannya pada  unsur-unsur tersebut.
B. Sasaran Dan Tujuan Pendekatan Salingtemas
            Sasaran pengajaran salingtemas adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang berkaitan . Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul disekitar kehidupannya.
            Tujuan utama dari pendidikan salingtemas adalah bagaimana membuat agar salingtemas dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan.
            Pendekatan salingtemas harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Isi pendidikan saling temas diberikan sesuai dengan hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara salingtemas dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan.
            Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat disederhanakan bahwa model Salingtemas  dikembangkan dengan tujuan agar: 1) peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/prespektif untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.
C. Pembelajaran Yang Saling Terintegrasi
            Untuk memahami pendekatan salingtemas maka diperlukan pembelajaran yang saling terintegrasi yaitu:
1.      Pembelajaran dengan pendekatan STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/ masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan kinerja/ guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi, dan evaluasi.

       Pendekatan STM memiliki karakteristik sebagai berikut.
(1)    Identifikasi masalah(oleh siswa) di dalam masyarakat yang memiliki  
dampak negatif;
(2)    Mempergunakan masalah yang ada di dalam masyarakat yang ditemukan  siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan;
(3) Menggunakan sumber daya yang terdapat dalam masyarakat baik materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata dari kehidupan sehari-hari;
(4) Meningkatkan kesadaran siswa akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi;
(5) Mengikutsertakan siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari. (Iskandar dalam Wulandari (2006:18)).
Pembelajaran STM memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a)      Dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam berpikir logis dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari,
b)      Dapat membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi serta besarnya peranannya dalam meningkatkan kualitas hidup dalam masyarakat,
c)      Dapat membantu siswa memperoleh prinsip-prinsip sains dan teknologi yang diperkirakan akan dijumpainya dalam kehidupan kelak,
d)     Siswa lebih bebas berkreativitas selama proses pembelajaran berlangsung.
             Dari manfaat yang telah kita ketahui, ternyata dalam pendekatan STM ada juga sebuah   kekurangannya, kekurangan tersebut adalah:
1)      Dilihat pada guru yang belum menguasai sains teknologi sehingga guru susah untuk mentransfer materi pembelajaran dengan sains teknologi masyarakat
2)      Selain itu peserta didik khusunya siswa yang berada di kelas rendah, belum mampu mengoperasikan sains teknologi yang sudah ada.
3)      Fasililitas pendukung pada beberapa sekolah kurang atau hampir tidak ada itu yang menjadi kendala STM.
2.      Pembelajaran Sains, Teknologi, dan Literasi(STL)
Literasi berasal dari kata literacy yang berarti ”melek huruf” atau gerakan pemberantasan buta huruf. STL merupakan kemampuan mengenal hasil teknologi beserta dampaknya, kemampuan menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kemampuan menyelesaikan masalah dengan konsep sains, kemampuan membuat hasil rekayasa teknologi yang disederhanakan, serta kemampuan menganalisis fenomena kejadian berdasarkan konsep IPA .
            Pendekatan salingtemas mengintegrasikan CTL di dalamnya, dengan pendekatan ini siswa diharapkan ‘’melek sains dan mempunyai jiwa yang mampu mengambil sains dan teknologi bukan sebagai perangkat konsep tapi bagaimana menjadi mampu mengintegrasikan dan menganalisis keterkaitan antara sains, lingkungan,teknologi, dan masyarakat.
             (Yager, 1996:8-9; 1993:4-5 dalam zaini, 1997:20) Ciri-ciri individu yang memiliki literasi sains dan teknlogi adalah sebagai berikut;
1)      Menggunakan konsep-konsep sains dan teknologi untuk merefleksikan nilai- nilai etika dalam pemecahan masalah dan merespon keputusan- keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
2)   Berpartisipasi dalam sains dan teknologi untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
3)   Memiliki nilai- nilai penelitian ilmiah dan teknik-teknik pemecahan masalah
4)   Mampu membedakan bukti- bukti sains dan teknologi dengan opini individual serta antara informasi yang layak dipercaya dan kurang dipercaya.
5)   Memiliki keterbukaan terhadap bukti-bukti baru dan pengetahuan teknologi/ilmiah yang bukan coba-coba.
6)   Mengenali sains dan teknologi sebagai hasil usaha manusia
7)   Memberikan tekanan kepada manfaat perkembangan sains dan teknlogi
8)   Mengenali kekuatan-kekuatan dan keterbatasan- keterbatasan sains dan teknologiuntuk melanjutkan kesejahteraan manusia
9)   Mampu menganalisis interaksi antara sains, teknologi, dan masyarakat.
3.      Pembelajaran Lingkungan
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan unsur lingkungan dalam materi pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa dari berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan menuju perilaku yang sadar terhadap lingkungan dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan. Pendidikan lingkungan membentuk siswa menjadi sadar terhadap lingkungan.
Lingkungan memiliki beberapa arti:
1)      tahu dan mengekspresikan dampak perilaku terhadap lingkungan;
2)      tahu dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian;
3)      memahami perlunya langkah penelitian sebagai bekal pengambilan keputusan;
4)      memahami pentingnya kerja sama dalam menyelesaikan masalah lingkungan(Mastur, 2004:1).
            Berdasarkan pengamatan, pendidikan lingkungan di berbagai jenjang masih bersifat ilmu pengetahuan, para siswa memperoleh berbagai informasi lingkungan, tetapi tampaknya siswa belum mengetahui cara bertindak untuk lingkungan sesuai dengan kapasitasnya. Pendidikan lingkungan belum mampu mendorong minat, motivasi, dan keterampilan untuk bertindak.
            Dalam pembelajaran salingtemas yang mengintegrasikan lingkungan dengan materi pembelajaran memberikan alternatif membentuk siswa yang sadar terhadap lingkungan yang tidak hanya berupa informasi tentang kerusakan lingkungan dan unsur- unsur yang terdapat di dalam lingkungan.
D. Implementasi Pendekatan Salingtemas Dalam Pembelajaran
            Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksana atau penerapan.
Menurut Poedjiadi dalam Anonim (2010), implementasi pendekatan ini dalam pembelajaran biologi dapat kita lihat pada beberapa langkah pembelajaran yang ada di bawah ini:
1.  Pendahuluan
Guru memberikan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat global atau lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Misalnya pada kompetensi dasar menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah. Guru memberikan apersepsi dengan mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas. Misalnya di daerah sekitar pasar terjadi pencemaran udara karena limbah pasar tersebut
2.  Pembentukan konsep
     Pada tahap ini guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-data dan informasi dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan. Guru dan siswa melakukan penelitian ke daerah yang terkena pencemaran udara, kemudian mengambil data misalnya tentang jenis-jenis limbah yang dihasilkan di pasar tersebut, bagaimana pengelolaan limbahnya, dampaknya bagi penduduk di sekitar pasar dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat dalam menanggulangi pencemaran tersebut. Dari data yang diperoleh siswa dapat membuat hipotesis, yang nantinya akan diuji pada tahap berikutnya. Pada tahap ini diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan.
3.  Aplikasi konsep
Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan suatu solusi dan tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan-rekan kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang diusulkan. Pada tahap ini siswa dapat mengetahui jenis-jenis limbah, dapat mendeskripsikan metode penanganan limbah dan mengusulkan penanganan limbah yang cocok untuk mengatasi pencemaran udara di sekitar pasar.
4.  Pemantapan Konsep
     Apabila selama proses pembentukan konsep dalam tahap sebelumnya tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran. Misalnya menguatkan kembali pemahaman siswa tentang defenisi limbah, jenis-jenis limbah dan metode pengelolaan limbah.  Di akhir tahap ini guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk menerapkan temuan-temuan mereka dalam beberapa bentuk aksi sosial. Jika tindakan ini melibatkan masyarakat sebagai pelaksana, misalnya membersihkan daerah pasar dan sekitarnya, siswa dapat menghubungi pejabat publik yang dapat mendukung pikiran dan temuan mereka.



5.  Evaluasi
     Untuk mengungkap penguasaan pengetahuan sains dan teknologi anak selama pembelajaran, dapat dilakukan melalui suatu evaluasi. Misalnya mengevaluasi siswa tentang jenis-jenis limbah dan metode pengelolaannya.
Menurut Yagger (1994), penilaian terhadap proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan STM dapat dilakukan dengan menggunakan lima domain, yaitu:
1)      Konsep, yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
2)      Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau penyelidikan.
3)      Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam kehidupan.
4)      Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan tes untuk mevalidasi penjelasan secara personal.
5)      Sikap, mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains dan karir sains.

Aisyah (2007), mengemukakan empat permasalahan pembelajaran dengan pendekatan STM, yaitu waktu, biaya, kompetensi guru, dan komunikasi dengan stakeholder (orang tua, masyarakat, dan birokrat). Waktu merupakan faktor penting untuk menentukan materi-materi apa yang akan diajarkan pada siswa. Pelaksanaan seluruh fase pembelajaran pada konten tertentu, kadang-kadang membutuhkan waktu yang panjang sehingga memerlukan analisa yang baik untuk memilih dan mengalokasikan waktu untuk implementasinya. Siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data dari narasumber secara mendetail. Oleh karena itu, siswa harus kerjasama dengan baik antar anggota kelompok agar data yang diperoleh dapat maksimal. Beberapa sekolah memilih waktu di sore hari atau jalur ekstrakurikuler untuk penerapan STM agar tidak terganggu dengan aktivitas belajar yang lain. Bahkan, gelar kasus (show case) yang dilanjutkan dengan refleksi diri, biasanya dilaksanakan pada akhir semester.
Biaya merupakan faktor yang penting dalam implementasi STM. Biaya dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM dari mulai identifikasi masalah, sampai pelaksanaan gelar kasus (show case). Umumnya, pihak sekolah belum mengalokasikan biaya untuk kegiatan pembelajaran STM. Oleh karena itu, pihak sekolah khusunya hendaknya memberi dorongan moril maupun materil untuk terselenggaranya penerapan STM ini. Dalam hal dorongan materil, dapat dirintis pembiayaan penerapan metode ini secara swadaya (Aisyah ,2007).
Kompetensi guru sangat penting dalam pembelajaran STM, terutama dalam penguasaan materi inti, problem solving dan hubungan interpersonal. Umumnya guru belum memiliki pengetahuan yang baik tentang pendekatan STM sehingga penerapan pendekatan ini masih sangat jarang ditemukan. Selain itu, paradigma guru dalam menginterpretasikan dan mengembangkan kurikulum, masih berbasis konten sehingga guru merasa dituntut untuk menyampaikan materi tepat pada waktunya dan lupa berinovasi dalam pembelajaran.
 Kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga terkait diperlukan pada saat siswa merencanakan untuk mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau kawasan yang menjadi tanggung jawab lembaga tertentu. Misalnya mengunjungi rumah sakit daerah, observasi pada pabrik produk bahan makanan dan sebagainya. Untuk kelancaran kegiatan, anak perlu dibekali surat pengantar dari sekolah, atau sekolah melakukan pemrosesan izin ke lembaga yang terkait sebelum kegiatan dilaksanakan. Selain itu, komunikasi dengan orang tua perlu diintensifkan. Orang tua perlu diberi pemahaman sehingga seluruh aktivitas anak yang menyita waktu dapat dimaklumi atau mendapat support dari orang tua.
Menurut Aisyah  (2007) hambatan lain dalam penerapan pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa untuk berpikir kritis dan belajar mengambil pengalaman di lapangan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketekunan guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam pembelajaran. Untuk menerapkan pendekatan ini, peranan guru dimulai dari perencanaan pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, motivator dan pembimbing. Pendekatan STM menuntut kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang baik.












BAB III
 PENUTUP
1.      Kesimpulan :
1.      Pendekatan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat adalah  suatu pembelajaran untuk mengetahui dimana ilmu ( sains ) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu yang berkembang di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi, yang memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.
2.      Saasaran pengajaran salingtemas adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang berkaitan. Tujuan dari pendidikan saling temas dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan.
3.      Pembelajaran yang saling terintegrasi meliputi pembelajaran dengan pendekatan STM, pembelajaran Sains, Teknologi, dan Literasi ( STL ) dan pembelajaran lingkungan.
4.      Implementasi pendekatan saling temas dalam pembelajaran dimulai dari pendahuluan, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep dan evaluasi.

2.      Saran :   
·         Guru diharapkan dalam pembelajaran sains  dengan eksperimen, sebaiknya menggunakan lingkungan belajar yang dapat mengenalkan siswa pada permasalahan sains dan teknologi secara langsung seperti mengajak siswa ke lapangan industri untuk menambah pengalaman belajar siswa tentang permasalahan sains dan cara mengatasinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar