BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Hakekat
pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada perkembangan mencapai kesempurnaan
melalui pendidikan. Anak diharapkan dapat diarahkan secara terprogram untuk
mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu dari tugas-
tugas professional dan hidup. Dalam hal ini, occupation –oriented atau training
for life.
UNESCO mencanangkan empat pilar belajar
yaitu “Learning to know; Learning to do,
Learning to live together; dan Learning to be”. Peserta didik harus
diberdayakan agar memiliki pemahaman dan pengetahuan ( learning to know)
terhadap dunia nyata, dengan pengetahuan itu dia dapat berbuat (learning to
do), kemudian dapat memperkaya pengalaman belajarnya melalui interaksi dengan
lingkungan sosialnya serta bisa menjalin kerjasama antar sesama manusia
(learning to life together). Dengan pengetahuan yang dimiliki, kemampuan
berbuat dan bekerjasama, peserta didik dapat membangun kepercayaan diri dan
membangun jati dirinya sehingga bisa hidup mandiri (learning to be) (Nurhayati,
2011).
Sains
merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara
sistematis yang didasari oleh manusia. Mata pelajaran sains di sekolah
merupakan suatu bentuk ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam dan
kebendaan yang diperoleh dari hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan
oleh manusia yang tersusun secara sistematis yang membutuhkan kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Pendidikan sains memiliki peran penting
dalam menyiapkan anak memasuki dunia kehidupannya. Sains pada hakekatnya
merupakan sebuah produk (fakta,konsep,prinsip,teori, hukum) dan proses
(cara-cara memperoleh,mengembangkan,menerapkan pengetahuan yang mencakup cara
kerja, cara berpikir, cara memecahkan masalah dan cara bersikap )
Sains melandasi
perkembangan teknologi, sedangkan teknologi menunjang perkembangan sains. Sains
terutama digunakan untuk aktivitas discovery dalam upaya memperoleh penjelasan
tentang obyek dan fenomena alam serta untuk aktivitas invention (penemuan)
berupa rumus-rumus sedangkan teknologi merupakan aplikasi sains terutama dalam
kegiatan invention, berupa alat-alat atau barang-barang untuk memenuhi
kebutuhan. Dalam hal ini pengembangan sains tidak selalu dikaitkan dengan aspek
kebutuhan masyarakat sedangkan pengembangan teknologi selalu dikaitkan dengan
kebutuhan masyarakat. Dengan demikian sains, teknologi, dan masyarakat
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Kemajuan
sains dan teknologi dapat membawa manusia ke jenjang kebahagiaan, tetapi
sekaligus dapat membawa manusia ke dalam kesengsaraan apabila penggunaan
teknologi tidak tepat.
Perkembangan
ekonomi yang pesat perlu diimbangi dengan kemampuan manusia memanfaatkan SDA secara berkesinambungan dan
seimbang. Apabila SDA dieksploitasi secara tidak terkendali akan membahayakan
kelangsungan hidup manusia.
Pembelajaran sains (Ilmu Pengetahuan
Alam), dikenal beberapa pendekatan, seperti:
·
Pendekatan keterampilan proses
·
Pendekatan Sains, Lingkungan, Teknologi
dan Masyarakat (salingtemas)
·
Pendekatan konstruktivistik
·
Pendekatan kontekstual
·
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (
CBSA)
Pendekatan salingtemas dalam pembelajaran
dikondisikan agar siswa mau dan mampu
menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi diikuti dengan
pemikiran untuk mengurangi dan mencegah kemungkinan dampak negatif yang bisa
ditimbulkan dari munculnya produk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat.
B.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini
yaitu:
1.
Apa
pengertian
pendekatan sains lingkungan teknologi dan masyarakat?
2.
Apa
sasaran dan tujuan
pendekatan sains lingkungan dan teknologi dan masyarakat?
3.
Bagaimana
pembelajaran yang saling terintegrasi dengan pendekatan saling temas?
4. Bagaimana implementasi pendekatan sains lingkungan
teknologi dan masyarakat dalam
pembelajaran?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui pengertian pendekatan sains
lingkungan teknologi dan masyarakat dan implementasinya dalam pembelajaran
2. Mengetahui sasaran dan tujuan pendekatan sains lingkungan dan teknologi dan
masyarakat
3. Mengetahui pembelajaran yang saling terintegrasi.
4. Mengetahui implementasi pendekatan sains lingkungan
teknologi dan masyarakat dalam
pembelajaran
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan salingtemas
merupakan akronim dari sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pendekatan
salingtemas dalam bahasa
inggris disebut ‘’Science, Environment,
Technology and Society’’disingkat SETS merupakan
suatu pendekatan yang melibatkan unsur sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat (Poedjiadi, 2005). . Pembelajaran dengan strategi salingtemas merupakan perpaduan dari strategi
pembelajaran STS (Science,Technology, Society) dan EE (Environmental
Education).
Urutan ringkasan salingtemas membawa
pesan bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk technologi (T) dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat(S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai
implikasinya pada pendekatan lingkungan (E) secara fisik maupun mental secara
tidak langsung, hal ini menggambarkan arah pendekatan salingtemas yang relatif dimiliki kepedulian terhadap lingkungan
kehidupan atau system kehidupan manusia.
Secara mendasar dapat dikatakan bahwa
melalui pendekatan salingtemas, diharapkan peserta didik memiliki kemampuan
memandang sesuatu secara terintegratif dengan memperhatikan keempat unsur
salingtemas, sehingga diperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
pengetahuan yang dimilkinya. Sebagai konsekuensinya, diharapkan agar pengetahuan
yang dipahaminya secara mendalam itu akan memungkinkan mereka memanfaatkan pengetahuan yang dimilki dalam
kehidupan. Maksudnya ialah bahwa pendidikan salingtemas ditunjukkan untuk
membentuk peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana
perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat
secara timbal balik (Binadja, 2002
).
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
model Salingtemas adalah suatu
pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengetahui, dimana ilmu (sains) dapat
menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan sehingga bermanfaat bagi
masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu yang berkembang di masyarakat
mengenai lingkungan dan teknologi mempengaruhi perkembangan sains dan
teknologi, yang memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.
Secara
umum dikatakan bahwa pendidikan salingtemas mempunyai makna pengajaran sains
yang dikaitkan dengan unsur dalam salingtemas.
Sains tidak berdiri sendiri di masyarakat karena keterkaitan dan
ketergantungannya pada unsur-unsur tersebut.
B. Sasaran Dan Tujuan Pendekatan
Salingtemas
Sasaran
pengajaran salingtemas adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan
untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat yang berkaitan . Dengan
kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa
sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka
miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul
disekitar kehidupannya.
Tujuan
utama dari pendidikan salingtemas adalah bagaimana membuat agar salingtemas
dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya
menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan.
Pendekatan
salingtemas harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan
tingkat pendidikannya. Isi pendidikan saling temas diberikan sesuai dengan
hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara salingtemas dalam
pembahasannya adalah keterkaitan antara topik dengan kehidupan sehari-hari. Hal
ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih
diutamakan.
Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, maka dapat
disederhanakan bahwa model Salingtemas
dikembangkan
dengan tujuan agar: 1) peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan
topik pembelajaran di dalam kelas, 2) peserta didik mampu menggunakan berbagai
jalan/prespektif untuk menyikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di
masyarakat berdasarkan pandangan ilmiah, dan 3) peserta didik mampu menjadikan
dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggungjawab sosial.
C.
Pembelajaran Yang Saling Terintegrasi
Untuk
memahami pendekatan salingtemas maka diperlukan pembelajaran yang saling
terintegrasi yaitu:
1.
Pembelajaran dengan pendekatan STM
adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan,
topik/ masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan
persiapan kinerja/ guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan
tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi, dan evaluasi.
Pendekatan
STM memiliki karakteristik sebagai berikut.
(1)
Identifikasi
masalah(oleh siswa) di dalam masyarakat yang memiliki
dampak negatif;
(2) Mempergunakan masalah yang ada di dalam
masyarakat yang ditemukan siswa yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan alam
sebagai wahana untuk menyampaikan pokok bahasan;
(3) Menggunakan sumber daya yang terdapat
dalam masyarakat baik materi maupun manusia sebagai nara sumber untuk informasi
ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah
nyata dari kehidupan sehari-hari;
(4) Meningkatkan kesadaran siswa
akan dampak ilmu pengetahuan alam dan teknologi;
(5) Mengikutsertakan
siswa untuk mencari informasi ilmiah maupun informasi teknologi yang dapat
diterapkan dalam pemecahan masalah nyata yang diangkat dari kehidupan sehari-hari.
(Iskandar dalam Wulandari (2006:18)).
Pembelajaran STM memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a) Dapat
membantu siswa mengembangkan keterampilan intelektualnya dalam berpikir logis
dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari,
b) Dapat
membantu siswa mengenal dan memahami sains dan teknologi serta besarnya
peranannya dalam meningkatkan kualitas hidup dalam masyarakat,
c)
Dapat membantu siswa memperoleh
prinsip-prinsip sains dan teknologi yang diperkirakan akan dijumpainya dalam kehidupan
kelak,
d)
Siswa lebih bebas berkreativitas selama
proses pembelajaran berlangsung.
Dari manfaat yang telah kita
ketahui, ternyata dalam pendekatan STM ada juga sebuah kekurangannya, kekurangan tersebut
adalah:
1)
Dilihat pada
guru yang belum menguasai sains teknologi sehingga guru susah untuk mentransfer
materi pembelajaran dengan sains teknologi masyarakat
2)
Selain itu
peserta didik khusunya siswa yang berada di kelas rendah, belum mampu
mengoperasikan sains teknologi yang sudah ada.
3) Fasililitas
pendukung pada beberapa sekolah kurang atau hampir tidak ada itu yang menjadi
kendala STM.
2. Pembelajaran
Sains, Teknologi, dan Literasi(STL)
Literasi berasal dari
kata literacy yang berarti ”melek huruf” atau gerakan pemberantasan buta huruf.
STL merupakan kemampuan mengenal hasil teknologi beserta dampaknya, kemampuan
menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kemampuan menyelesaikan masalah
dengan konsep sains, kemampuan membuat hasil rekayasa teknologi yang
disederhanakan, serta kemampuan menganalisis fenomena kejadian berdasarkan
konsep IPA .
Pendekatan salingtemas
mengintegrasikan CTL di dalamnya, dengan pendekatan ini siswa diharapkan ‘’melek
sains dan mempunyai jiwa yang mampu mengambil sains dan teknologi bukan sebagai
perangkat konsep tapi bagaimana menjadi mampu mengintegrasikan dan menganalisis
keterkaitan antara sains, lingkungan,teknologi, dan masyarakat.
(Yager,
1996:8-9; 1993:4-5 dalam zaini, 1997:20) Ciri-ciri individu yang
memiliki literasi sains dan teknlogi adalah
sebagai berikut;
1) Menggunakan
konsep-konsep sains dan teknologi untuk merefleksikan nilai- nilai etika dalam
pemecahan masalah dan merespon keputusan- keputusan dalam kehidupan
sehari-hari.
2)
Berpartisipasi dalam sains dan teknologi
untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.
3)
Memiliki nilai- nilai penelitian ilmiah
dan teknik-teknik pemecahan masalah
4)
Mampu membedakan bukti- bukti sains dan
teknologi dengan opini individual serta antara informasi yang layak dipercaya
dan kurang dipercaya.
5)
Memiliki keterbukaan terhadap
bukti-bukti baru dan pengetahuan teknologi/ilmiah yang bukan coba-coba.
6)
Mengenali sains dan teknologi sebagai
hasil usaha manusia
7)
Memberikan tekanan kepada manfaat
perkembangan sains dan teknlogi
8)
Mengenali kekuatan-kekuatan dan
keterbatasan- keterbatasan sains dan teknologiuntuk melanjutkan kesejahteraan
manusia
9)
Mampu menganalisis interaksi antara
sains, teknologi, dan masyarakat.
3. Pembelajaran
Lingkungan
Pembelajaran dengan
pendekatan lingkungan merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan unsur
lingkungan dalam materi pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk siswa dari
berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan menuju perilaku
yang sadar terhadap lingkungan dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi di
lingkungan. Pendidikan
lingkungan membentuk siswa menjadi sadar terhadap lingkungan.
Lingkungan
memiliki beberapa arti:
1) tahu
dan mengekspresikan dampak perilaku terhadap lingkungan;
2) tahu
dan mampu mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian;
3) memahami
perlunya langkah penelitian sebagai bekal pengambilan keputusan;
4)
memahami pentingnya kerja sama dalam
menyelesaikan masalah lingkungan(Mastur, 2004:1).
Berdasarkan
pengamatan, pendidikan lingkungan di berbagai jenjang masih bersifat ilmu
pengetahuan, para siswa memperoleh berbagai informasi lingkungan, tetapi
tampaknya siswa belum mengetahui cara bertindak untuk lingkungan sesuai dengan
kapasitasnya. Pendidikan lingkungan belum mampu mendorong minat, motivasi, dan
keterampilan untuk bertindak.
Dalam pembelajaran
salingtemas yang mengintegrasikan lingkungan dengan materi pembelajaran
memberikan alternatif membentuk siswa yang sadar terhadap lingkungan yang tidak
hanya berupa informasi tentang kerusakan lingkungan dan unsur- unsur yang
terdapat di dalam lingkungan.
D.
Implementasi Pendekatan Salingtemas Dalam Pembelajaran
Secara
sederhana implementasi bisa diartikan pelaksana atau penerapan.
Menurut Poedjiadi dalam Anonim (2010),
implementasi pendekatan ini dalam pembelajaran biologi dapat kita
lihat pada beberapa langkah pembelajaran yang ada di bawah ini:
1. Pendahuluan
Guru
memberikan beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat
global atau lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah
yang cukup untuk penyelidikan bagi siswa. Misalnya pada kompetensi dasar
menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah. Guru memberikan
apersepsi dengan mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi
yang akan dibahas. Misalnya di daerah sekitar pasar terjadi pencemaran udara
karena limbah pasar tersebut
2. Pembentukan konsep
Pada tahap ini guru
dan siswa mengidentifikasi daerah kritis penyelidikan. Data-data dan informasi
dapat dikumpulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, kemudian
menganalisis informasi tersebut. Data dan informasi dapat pula diperoleh
melalui telekomunikasi, perpustakaan dan sumber-sumber dokumen publik lainnya.
Dari sumber-sumber informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis
ilmu pengetahuan. Guru dan siswa melakukan penelitian ke daerah yang terkena
pencemaran udara, kemudian mengambil data misalnya tentang jenis-jenis limbah
yang dihasilkan di pasar tersebut, bagaimana pengelolaan limbahnya, dampaknya
bagi penduduk di sekitar pasar dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah dan masyarakat setempat dalam menanggulangi pencemaran tersebut.
Dari data yang diperoleh siswa dapat membuat hipotesis, yang nantinya akan diuji
pada tahap berikutnya. Pada tahap ini diharapkan melalui konstruksi dan
rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau konsep-konsep para
ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang benar siswa melanjutkan
analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan.
3. Aplikasi konsep
Pada
tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang mereka telah
kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk komunikasi lebih
lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih lanjut, memperbaiki,
dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan suatu solusi dan
tindakan. Hasil tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan-rekan
kelas untuk menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang
diusulkan. Pada tahap ini siswa dapat mengetahui jenis-jenis limbah, dapat
mendeskripsikan metode penanganan limbah dan mengusulkan penanganan limbah yang
cocok untuk mengatasi pencemaran udara di sekitar pasar.
4. Pemantapan Konsep
Apabila selama proses
pembentukan konsep dalam tahap sebelumnya tidak tampak ada miskonsepsi yang
terjadi pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian
masalah, guru tetap harus melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada
konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini
dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran
akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan
atau ditekankan oleh guru pada akhir pembelajaran. Misalnya menguatkan kembali
pemahaman siswa tentang defenisi limbah, jenis-jenis limbah dan metode
pengelolaan limbah. Di akhir tahap ini
guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk menerapkan temuan-temuan mereka dalam
beberapa bentuk aksi sosial. Jika tindakan ini melibatkan masyarakat sebagai
pelaksana, misalnya membersihkan daerah pasar dan sekitarnya, siswa dapat
menghubungi pejabat publik yang dapat mendukung pikiran dan temuan mereka.
5. Evaluasi
Untuk mengungkap
penguasaan pengetahuan sains dan teknologi anak selama pembelajaran, dapat
dilakukan melalui suatu evaluasi. Misalnya mengevaluasi siswa tentang
jenis-jenis limbah dan metode pengelolaannya.
Menurut
Yagger (1994), penilaian terhadap proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan STM dapat dilakukan dengan menggunakan lima domain, yaitu:
1) Konsep,
yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
2) Proses,
penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau penyelidikan.
3) Aplikasi,
penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam kehidupan.
4) Kreativitas,
pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan tes untuk
mevalidasi penjelasan secara personal.
5) Sikap,
mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains dan karir
sains.
Aisyah (2007),
mengemukakan empat permasalahan pembelajaran dengan pendekatan STM, yaitu
waktu, biaya, kompetensi guru, dan komunikasi dengan stakeholder (orang tua,
masyarakat, dan birokrat). Waktu merupakan faktor penting untuk menentukan
materi-materi apa yang akan diajarkan pada siswa. Pelaksanaan seluruh fase
pembelajaran pada konten tertentu, kadang-kadang membutuhkan waktu yang panjang
sehingga memerlukan analisa yang baik untuk memilih dan mengalokasikan waktu
untuk implementasinya. Siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengumpulkan data dari narasumber secara mendetail. Oleh karena itu, siswa
harus kerjasama dengan baik antar anggota kelompok agar data yang diperoleh
dapat maksimal. Beberapa sekolah memilih waktu di sore hari atau jalur ekstrakurikuler
untuk penerapan STM agar tidak terganggu dengan aktivitas belajar yang lain.
Bahkan, gelar kasus (show case) yang dilanjutkan dengan refleksi diri, biasanya
dilaksanakan pada akhir semester.
Biaya merupakan faktor yang penting dalam implementasi STM.
Biaya dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan STM
dari mulai identifikasi masalah, sampai pelaksanaan gelar kasus (show case).
Umumnya, pihak sekolah belum mengalokasikan biaya untuk kegiatan pembelajaran
STM. Oleh karena itu, pihak sekolah khusunya hendaknya memberi dorongan moril
maupun materil untuk terselenggaranya penerapan STM ini. Dalam hal dorongan
materil, dapat dirintis pembiayaan penerapan metode ini secara swadaya (Aisyah ,2007).
Kompetensi guru sangat penting dalam pembelajaran STM,
terutama dalam penguasaan materi inti, problem solving dan hubungan
interpersonal. Umumnya guru belum memiliki pengetahuan yang baik tentang
pendekatan STM sehingga penerapan pendekatan ini masih sangat jarang ditemukan.
Selain itu, paradigma guru dalam menginterpretasikan dan mengembangkan
kurikulum, masih berbasis konten sehingga guru merasa dituntut untuk
menyampaikan materi tepat pada waktunya dan lupa berinovasi dalam pembelajaran.
Kerja sama antara
sekolah dengan lembaga-lembaga terkait diperlukan pada saat siswa merencanakan
untuk mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau kawasan yang menjadi tanggung
jawab lembaga tertentu. Misalnya mengunjungi rumah sakit daerah, observasi pada
pabrik produk bahan makanan dan sebagainya. Untuk kelancaran kegiatan, anak
perlu dibekali surat pengantar dari sekolah, atau sekolah melakukan pemrosesan
izin ke lembaga yang terkait sebelum kegiatan dilaksanakan. Selain itu,
komunikasi dengan orang tua perlu diintensifkan. Orang tua perlu diberi
pemahaman sehingga seluruh aktivitas anak yang menyita waktu dapat dimaklumi
atau mendapat support dari orang tua.
Menurut Aisyah (2007) hambatan lain dalam penerapan
pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa untuk berpikir kritis dan belajar
mengambil pengalaman di lapangan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketekunan
guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa dalam pembelajaran. Untuk
menerapkan pendekatan ini, peranan guru dimulai dari perencanaan pengajaran,
pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, motivator dan pembimbing.
Pendekatan STM menuntut kompetensi pedagogik, kompetensi professional,
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian yang baik.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
:
1.
Pendekatan
sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat adalah suatu pembelajaran untuk mengetahui dimana
ilmu ( sains ) dapat menghasilkan teknologi untuk perbaikan lingkungan sehingga
bermanfaat bagi masyarakat, dan bagaimana situasi sosial atau isu yang berkembang
di masyarakat mengenai lingkungan dan teknologi mempengaruhi perkembangan sains
dan teknologi, yang memberikan sumbangan terbaru bagi ilmu pengetahuan.
2.
Saasaran
pengajaran salingtemas adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan
penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat yang berkaitan. Tujuan dari pendidikan
saling temas dapat menolong manusia membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan
sebaliknya menciptakan neraka dunia dalam segala aspek kehidupan.
3. Pembelajaran yang saling terintegrasi meliputi pembelajaran dengan pendekatan
STM, pembelajaran Sains, Teknologi, dan Literasi ( STL ) dan pembelajaran
lingkungan.
4. Implementasi pendekatan saling temas dalam pembelajaran
dimulai dari pendahuluan, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan
konsep dan evaluasi.
2. Saran
:
·
Guru diharapkan dalam pembelajaran
sains dengan eksperimen, sebaiknya menggunakan
lingkungan belajar yang dapat mengenalkan siswa pada permasalahan sains dan
teknologi secara langsung seperti mengajak siswa ke lapangan industri untuk
menambah pengalaman belajar siswa tentang permasalahan sains dan cara
mengatasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar