BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Mendidik
merupakan suatu proses yang bertanggung jawab untuk menjadikan seorang siswa
menjadi seorang anak yang pintar didalam proses belajar mengajar. Guru sebagai
penggerak terlaksananya proses belajar mengajar seharusnya tidak hanya
menggunakan strategi yang berdasar pada informasi saja, sehingga membuat siswa
kurang mempunyai inisiatif dan tidak dibiasakan untuk mendapatkan pengetahuan
melalui usaha dan pengalaman siswa itu sendiri. Hal ini di karenakan peran
siswa lebih banyak hanya menerima informasi dari guru yang kemudian dihafal untuk
ujian atau mendapatkan nilai.
Perubahan paradigma guru dalam mengajar seperti ini
perlu diubah. Perubahan yang dimaksud adalah memberdayakan siswa selalu aktif
dalam pembelajaran melalui penerapan pendekatan pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan motivasi belajar siswa sehingga hasil yang diperoleh dapat ditingkatkan.
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan keterampilan proses.
Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan
belajar mengajar yang mengarahkan kepada pengembangan kemampuan mental, fisik, dan
sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri
individu siswa (Usman & Lilis Setiawati, 1993).
Pendekatan keterampilan proses sebagai pendekatan
yang menekankan pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu
pada diri siswa agar mampu memproses informasi sehingga ditemukan hal-hal yang
baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan
nilai.
Untuk dapat memahami suatu fakta maupun konsep
biasanya peserta didik perlu bekerja dengan objek-objek yang konkret, melakukan
eksplorasi, manipulasi ide, sehingga memperoleh data-data, tidak sekedar
menghafal. Pendekatan factual dan pendekatan konseptual dalam pembelajaran
lebih mengutamakan produk ilmu pengetahuan alam. Untuk itulah dalam
pembelajaran sains perlu pendekatan proses. Pendekatan proses dalam
pembelajaran sains didasarkan atas pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh
ilmuwan. Proses-proses yang dijabarkan dari kegiatan apa yang dilakukan oleh
seorang ilmuwan itu yang disebut keterampilan proses (Nurhayati, 2011).
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang
bersifat sains, dalam pembelajaran sains menekankan pada pemberian pengalaman
secara langsung baik menggunakan eksperimen maupun observasi atau lainnya. Melalui
pendekatan keterampilan proses, siswa diharapkan memahami konsep-konsep yang
dipelajari benar-benar berdasarkan pemahaman dan berdasarkan kerja siswa
Pendekatan keterampilan proses perlu diperkenalkan kepada siswa secara lebih
mendetail, karena pendekatan ini membuat siswa aktif dalam mempelajari suatu
konsep biologi dan saling bekerja sama dengan teman-teman di kelasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan pendekatan keterampilan proses?
2. Apa
sajakah jenis-jenis pendekatan keterampilan proses?
3. Bagaimanakah langkah- langkah dalam
pelaksanaan pendekatan keterampilan proses?
4. Apakah
kelebihan dan kekurangan dari penerapan pendekatan keterampilan proses dalam
pembelajaran?
5. Bagaimanakah
implementasi pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis dari pendeketan keterampilan proses.
2. Untuk
mengetahui langkah-langkah dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses.
3. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penerapan pendekatan keterampilan
proses.
4. Untuk
mengetahui implementasi pendekatan keterampilan proses.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Keterampilan
Proses
Belajar mengajar
dipandang sebagai
suatu
proses yang harus dialami oleh setiap siswa. Belajar mengajar tidak hanya
menekankan kepada apa yang dipelajari, tetapi juga menekankan kepada bagaimana
ia harus belajar. Oleh karena itu, untuk memenuhi hal tersebut, pendekatan
belajar mengajar yang harus digunakan adalah pendekatan keterampilan proses.
Sebagai konsekuensi dari pendekatan keterampilan proses ini, maka siswa
berperan selaku subjek dalam belajar. Siswa bukan sekadar penerima informasi, tetapi sebaliknya sebagai
pencari informasi.
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk
mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan,
menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan
hasil perolehan tersebut.
Pendekatan keterampilan
proses adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar
mengajar yang menuntut aktivitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap serta dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari (Mulyasa, 2005).
Dimyati (2002) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan
proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kemampuan
yang dimiliki peserta didik.
Sedangkan menurut Semiawan (1990), keterampilan proses
adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang
mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah,
sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Pendekatan ini
merupakan suatu pendekatan yang didasarkan atas suatu pengamatan, proses-proses
ini dijabarkan dari pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang guru disebut
pendekatan ketrampilan proses. Dalam ketrampilan proses ini guru diharapkan
bisa memaksimalkan perannya, diupayakan agar siswa terlibat langsung dan aktif.
Sehingga siswa dapat mencari dan menemukan konsep serta prinsip berdasar dari
pengalaman yang dilakukannya.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan
kognitif atau intelektual, manual, dan social. Keterampilan kognitif atau
intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa
menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan
proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran,
penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa
mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan keterampilan proses, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan
(Nuryani, dkk. 2003).
Dimyati (2002) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan
proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
adalah :
Ø Pendekatan keterampilan proses
memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa
dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta
dan konsep ilmu pengetahuan.
Ø Mengajar dengan keterampilan proses
berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak
sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
Ø Menggunakan keterampilan proses
untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan
sekaligus.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah
pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik, dan sosial untuk
menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan nilai melalui
proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa sehingga mampu
menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik. Oleh
karena itu, siswa harus aktif dan terampil untuk mampu mengelola perolehannya,
hasil belajarnya atau pengalamannya.
B. Jenis-jenis Pendekatan Keterampilan Proses
Keterampilan proses
terdiri dari dua kelompok keterampilan yaitu: (1) keterampilan proses dasar dan
(2) Keterampilan proses terintegrasi. Mengajarkan keterampilan proses kepada
peserta didik adalah memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan
kegiatan ilmu pengetahuan alam dan tidak memberikan pengetahuan alam itu.
Peserta didik harus benar-benar melakukan observasi, mengukur, menarik
kesimpulan dan seterusnya. Singkatnya setiap peserta didik harus bertindak
sebagai seorang ilmuwan.
1.
Keterampilan
Proses Dasar
Ada beberapa kegiatan
yang termasuk keterampilan proses dasar, sebagai berikut :
a.
Observasi
Kegiatan
observasi adalah peserta didik melakukan pengamatan terhadap objek dan fenomena
alam dengan menggunakan indera: penglihatan, perabaan, pembauan, pendengaran,
dan pengecapan. Informasi yang mereka peroleh dari observasi itu, dapat
menimbulkan rasa ingin tahu, pertanyaan, pemikiran, interpretasi tentang
lingkungan dan investigasi lebih lanjut. Kemampuan melakukan observasi
merupakan keterampilan yang paling mendasar dalam sains dan perlu pengembangan
keterampilan lain.
Kegiatan
yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya
menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan
organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau,
bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang guru sering
membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau
lihat ? Atau
bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur?
Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara
menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.
b.
Klasifikasi
Klasifikasi
adalah keterampilan proses yang merupakan inti pembentukan konsep. Untuk dapat
memahami berbagai macam objek, peristiwa, makhluk hidup dan sebagainya, kita
memerlukan penataan dan keteraturan. Keteraturan dapat kita ciptakan, jika kita
mengenal persamaan, perbedaan, kemidian kita menggolongkan objek dengan objek
yang lain. Setiap cara penggolongan itu harus memiliki manfaat terutama untuk
memudahkan mengenal suatu objek. Itulah sebabnya kita melakukan klasifikasi.
Bentuk-
bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih
bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun,
atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem- sistem
klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan
tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin
sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh
kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema
klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk klasifikasi organisme- organisme dari
carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar
tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi.
c.
Komunikasi
Kemampuan
melakukan komunikasi dengan orang lain merupakan dasar bagi segala hal yang
kita kerjakan. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan.
Komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi yang paling
baik adalah jelas dan tepat, sehingga perlu menggunakan keterampilan yang harus
dikembangkan dan dipraktekkan. Semua orang perlu untuk berkomunikasi untuk
memenuhi kebutuhannya, sehingga bisa hidup dengan baik.
Kegiatan
untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi
informasi dari grafik, chart, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa
mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda-benda dan kejadian
tertentu secara rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskripsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil
(seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudian siswa tersebut menjelaskan deskripsi tentang objek yang diamati di depan kelas.
d.
Pengukuran
Untuk
dapat melakukan observasi kuantitatif, diperlukan keterampilan pengukuran.
Satuan pengukuran yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah meter, kilogram atau jabarannya. Para peserta didik perlu dilatih
melakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai alat, misalnya timbangan
takaran, mistar, thermometer dan sebagainya. Begitu pula perlu dilatih
menggunakan dengan teliti, sehingga diperoleh hasil pengukuran yang sebenarnya,
jangan ditambah atau dikurangi.
Melakukan
latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau
dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap
selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur.
Sebagai contoh, dalam penguran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang,
ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran
isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan untuk
mengisi benda yang akan diukur.
Contoh
kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan
dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan
menggunakan satuan centimeter
(cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran
(alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
e. Penarikan Kesimpulan (Inferensi)
Jika
suatu observasi merupakan pengalaman yang diperoleh peserta didik melalui
indera (satu atau lebih), maka penarikan kesimpulannya adalah penjelasan atau
interpretasi suatu observasi. Misalnya, kita mempunyai seorang tetangga berusia
lanjut, terlihat setiap pagi berjalan-jalan sama salah seorang cucunya. Sudah
tiga hari tetangga itu tidak terlihat. Tadi pagi terlihat cucunya datang
bersama seorang dokter. Nah, dari hal-hal seperti itu, kita dapat menduga bahwa
tetangga itu sedang sakit. Kemudian kita melakukan observasi langsung melihat
kerumahnya dan melihat bahwa dia benar sakit.
Setelah
itu kita menarik kesimpulan bahwa tetangga tua itu sakit. Jadi penarikan
kesimpulan merupakan usaha untuk menginterpretasi atau menjelaskan seperangkat
observasi. Penarikan kesimpulan merupakan suatu pernyataan atau anggapan
mengenai sesuatu sesuai dengan bukti-bukti yang ada.
Contoh
kegiatan lain untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan
suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda
tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu,
kemudian menciumnya dan menduga apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari
kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis
inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu
juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
f. Prediksi
Prediksi
adalah ramalan berdasarkan analisis hasil observasi untuk masa yang akan
dating. Prediksi sangat berkaitan dengan observasi, penarikan kesimpulan dan
klasifikasi. Prediksi didasarkan atas observasi yang seksama dan penarikan
kesimpulan yang sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa yang
diobservasi.
Jadi
dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian
mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan
ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala
akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran)
yang ditelungkupkan.
2. Keterampilan Proses Terintegrasi
Keterampilan
proses terintegrasi meruapakan lanjutan dari keterampilan proses dasar,
sehingga peserta didik harus memahami atau menguasai terlebih dahulu
keterampilan proses dasar, kemudian dilanjutkandengan keterampilan proses
terintegrasi. Keterampilan proses dasar merupakan dasar intelektual untk
pemecahan masalah, sedangkan keterampilan terintegrasi meruapakan alat yang
siap pakai jika orang akan memecahkan masalah. Berikut ini diuraikan beberapa
keterampilan yang termasuk keterampilan proses terintegrasi.
a. Mengidentifikasi Variabel
Mengidentifikasikan
varibel berarti menandai karakteristik variabel eksperimen/ penelitian. Misal
eksperiman tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan biji. Perlu dibuat
kejelasan tentang karakteristik air dan biji. Mengendalikan variabel berarti
memanipulasi dan mengakomodasikan variabel sesuai dengan karakteristik yang
telah diidentifikasi. Misal dalam eksperimen tentang pengaruh air terhadap
pertumbuhan biji, ternyata ada variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan biji
selain air, yaitu cahaya dan suhu. Oleh karena itu, pada saat bereksperimen
tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan biji, maka suhu dan cahaya
dikondisikan konstan.
Ada tiga jenis
variabel di dalam eksperimen/ penelitian:
1.
Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja diubah-ubah.
2.
Variabel tergantung (terikat) yaitu varibel yang
nilainya bergantung pada variabel bebas. Variabel tergantung akan
berubah-berubah jika variabel bebasnya diubah-ubah.
3.
Variabel terkontrol yaitu variabel yang sengaja dibuat
konstan.
b. Menyusun Data Dalam Tabel
Penyusunan
data ke dalam table adalah untuk mengorganisasikan sejumlah informasi dengan
cara yang mangkus. Jika suatu investigasi dilakukan, maka pengukuran waktu,
berat benda, tekanan udara, kecepatan kendaraan, titik didih cairan dan
sebagainya adalah data. Agar dapat diolah lebih lanjut data itu disusun dalam
suatu table.
c. Menyusun Grafik
Gambar
biasanya memberikan lebih banyak informasi daripada kalimat-kalimat. Seringkali
suatu informasi lebih muda dapat dikomunikasikan dengan gamabar daripada dengan
kalimat-kalimat lisan atau tertulis, misalnya data mengenai lama pemanasan dan
suhu air seperti yang dikemukakan diatas kiranya dapat lebih mudah dibaca
dengan menggunakan suatu grafik.
d. Menggambarkan Hubungan Diantara
Variabel-variabel
Setelah
mampu menyusun data dalam table dan membuat grafik keterampilan berikutnya yang
harus dipelajari peserta didik adala menggambarkan hubungan antara variable
yang satu dengan variable yang lain. Untuk dapat menggambarkan bagaimana
hubungan antara variable yang satu dengan yang lain, yang harus dilakukan
peserta didik adalah sebagai berikut :
1.
Membuat grafik data
2.
Menarik garis yang paling cocok
3.
Menilis suatu pernyataan mengenai hubungan antara satu
variable dengan variable lainnya.
e. Memperoleh dan Memproses Data
Peserta
didik harus mampu mendapatkan data sendiri, kemudian mereka memproses atau
mengolah data tersebut. Data itu dapat dicari lewat investigasi atau eksperimen
dengan melakukan observasi. Kemudian disusun dalam table, membuat grafik,
menggambarkan hubungan antara variable yang satu dengan variable yang lain, dan
dproses data tersebut untuk menentukan hasil eksperimen peserta didik.
f. Menganalisis investigasi
Sebelum
dapat merancang suatu investigasi, peserta didik perlu mengenali bagian-bagian
dari investigasi itu, misalnya yang menyangkut variable-variabel yang
dipelejari, hipotesis yang akan diuji dan sebagainya. Analisis investigasi
mencakup hal-hal sebagai berikut : (a) mengidentifikasi variable-variable
bebas, terikat dan terkendalikan dalam suatu eksperimen (b) mengidentifikasi
hipotesis yang akan diuji (c) cara menguji hipotesis.
g. Menyusun Hipotesis
Hipotesa
merupakan dugaan sementara sebagai arahan dalam melakukan eksperimen/
penelitian. Isi pernyataan dalam hipotesa mengandung dugan tentang hubungan
alasan yang mungkin ditemukan dalam eksperiman/ penelitian. Salah satu contoh
hipotesa: “ pada suhu dan cahaya yang konstan, pertumbuhan biji akan makin baik
jika air makin banyak”.
h. Merumuskan
Variabel-variabel Secara Opearasional
Untuk
mengetahui cara pengukuran setiap variable yang akan diteliti, maka terlebih
dahulu peneliti akan menyusun definisi-definisi operasional setiap variable.
Oleh karena itu, para peserta didik harus mendapat latihan yang cukup tentang
cara merumuskan variable secara oprasional.
i.
Melakukan
Eksperimen
Suatu
eksperimen dapat diawali dengan suatu pertanyaan. Beberapa tahap yang perlu
ditempuh untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan terdahulu dapat
mencakup: mengidentifikasi variable, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi
variable dan mengetahui variable yang harus dikendalikan, membuat definisi
operasional, meranvang investigasi, mengumpulkan data dan menafsirkan data.
Kegiatan eksperimen pada pembelajaran sains sangat baik karena melatih atau
menggunakan banyak keterampilan proses.
C. Langkah-Langkah Pendekatan Keterampilan
Proses
Suryosubroto
(2002), menyatakan bahwa ada langkah-langkah yang harus dilalui oleh seorang
guru dalam menggunakan keterampilan proses diantaranya:
1) Pemanasan, bertujuan untuk
mengarahkan siswa pa da pokok permasalahan agar setiap siswa siap, baik secara
mental, emosional maupun fisik. Kegiatan ini antara lain:
Ø Pengulasan langsung pengalaman yang
pernah dialami siswa maupun guru;
Ø Pengulasan bahan pengajaran yang
pernah dipelajari pada waktu sebelumnya
Ø kegiatan-kegiatan yang menggugah dan
mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta pendapat/ saran siswa,
menunjukkan gambar, slide, film atau benda lain.
2) Proses belajar mengajar, hendaknya
selalu mengikutsertakan siswa secara aktif guna mengembangkan
kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan,
meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian,
serta mengkomunikasikan hasil penemuannya
D. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan
Keterampilan Proses
Adapun
kelebihan dari penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran,
yaitu :
1)
merangsang ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah
siswa
2)
Siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengalami
sendiri proses mendapatkan konsep,
3)
Pemahaman siswa lebih mantap.
4)
siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga
dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
5)
siswa menemukan
sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
6)
melatih siswa
untuk berpikir lebih kritis,
7)
melatih siswa
untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
8)
mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
9)
memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan
kekurangan dari pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut :
1)
Membutuhkan waktu yang relative lama untuk melakukannya
2)
Jumlah siswa dalam kelas harus relative kecil, karena
setiap siswa memerlukan perhatian dari guru.
3)
Memerlukan perencanaan dengan teliti.
4)
Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5)
Sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama
proses berlangsungnya pembelajaran.
E. Implementasi Pendekatan Keterampilan Proses
dalam Pembelajaran
Implementasi keterampilan proses dalam pembelajaran
bertujuan untuk meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
sehingga siswa tidak hanya pasif menerima penjelasan dari guru. Penerapan
keterampilan proses agar siswa lebih aktif dapat dilakukan dengan memberi
pengertian pada siswa tentang hakekat ilmu pengetahuan, sehingga siswa paham
bahwa pengetahuan tidak hanya dipelajari tetapi juga diterapkan dalam
kehidupan. Cara lain yang bisa dilakukan yaitu memberikan kesempatan siswa
untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan misalnya dengan melaksanakan praktikum
sehingga membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Keterampilan intelektual dan keterampilan fisik
diperlukan ketika siswa berupaya untuk menerapkan gagasan mereka pada situasi
baru. Tentunya Hal ini perlu didukung oleh guru, atau guru berperan dalam
mengembangkan keterampilan proses siswa. Penerapan keterampilan proses
hendaknya terlihat pada setiap atau beberapa komponen pengajaran, Adapun peranan
guru dalam mengembangkan pendekatan keterampilan proses ini adalah sebagai
berikut :
1)
Guru membimbing dan mendidik siswa untuk lebih terampil
dalam menggunakan pengalaman, pendapat, dan hasil temuannya. Dengan cara
menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti dengan alat peragakan, demonstrasi,
gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah
untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2)
menghidupkan suasana belajar yang kondusif sehingga
mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif. Dengan merumuskan hasil pengamatan
dengan merinci, mengelompokkan atau mengklasifikasikan materi pelajaran yang
diserap dari kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.
3)
Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang
sehingga siswa terdorong untuk meneliti dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
4)
Guru memancing keterlibatan siswa dalam belajar.
Seperti meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang
mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5)
Guru harus memberikan semangat yang tinggi kepada siswa
dalam mengajar.
6)
Guru melakukan komunikasi yang efektif dan memberikan
informasi yang jelas, tepat, dan tidak samar-samar pada siswa. Seperti
mengkomunikasikan hasil kegiatan kepada siswa dengan diskusi, ceramah,
mengarang dan lain-lain.
7)
Guru mendorong siswa untuk dapat menyimpulkan suatu
masalah, peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan belajar
mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar berupa mental fisik,
dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan
nilai melalui proses belajar mengajar yang aktif. Pendekatan
keterampilan proses terjadi apabila siswa dapat menerapkan dan mengalami apa
yang sedang terjadi atau yang dialaminya atau pengalaman sesungguhnya.
Keterampilan proses
terdiri dari dua kelompok keterampilan yaitu: keterampilan proses dasar dan keterampilan
proses terintegrasi. Dalam proses pembelajaran, hendaknya kreatifitas yang ada
dalam diri siswa dapat dikembangkan seperti keterampilan mengamati,
mengkomunikasikan dan menyimpulkan apa yang dilakukannya serta dapat menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Para guru hendaknya mempunyai kemauan yang tinggi untuk
melaksanakan pendekatan keterampilan proses melalui program pembelajaran yang
terencana, menghindari kebiasaan pembelajaran dengan pola duduk, dengar, catat
dan hafal. Hendaknya sekolah juga dapat melengkapi alat-alat praktik penyediaan
laboratorium yang bersih dan aman sehingga pelaksanaan pendekatan keterampilan
proses dapat berjalan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pendekatan Keterampilan Proses http://blogspot.com
(5 Oktober 2013).
Dimyati
& Mudjiono.
2002. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nurhayati
B. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.
Nuryani
Y. Rustaman, dkk. 2003. Strategi Belajar
Mengajar Biologi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Semiawan,
Conny. 1990. Pendekatan Keterampilan
Proses; Bagaimana Mengaktifkan Siswa Belajar. Jakarta: Gramedia.
Usman Uzer Moh
& Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar