Jumat, 18 Oktober 2013

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di awal abad ke-21 ini, paradigma pembelajaran mulai mengalami pergeseran. Peristiwa belajar yang selama ini didasarkan pada konsep stimulus-respon mulai berganti menjadi pendekatan yang lebih manusiawi. Suatu pendekatan yang lebih menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk pembagun ilmu pengetahuan. Hal ini dikenal sebagai pendekatan behavioristik dalam pembelajaran.
Paradigma pembelajaran yang dianut saat ini, dengan kata lain, mulai mengalami pergeseran dari penggunaan pendekatan behavioristik menjadi pendekatan konstruktivistik dalam penyelenggaraan aktivitas pembelajaran. Pendekatan behavioristik merupakan pendekatan yang mapan karena telah lama digunakan. Saat ini, para pendidik mulai mencari pendekatan alternatif sebagai bentuk pendekatan lain dari pendekatan behavioristik.
Pendekatan teori belajar behavioristik menganggap bahwa perilaku yang dapat diukur dan diamati merupakan hasil belajar individu. Hal ini sangat berbeda dengan pandangan mengenai belajar berdasarkan pendekatan teori belajar konstruktivistik. Pendekatan ini menekankan pada perlunya proses mental seseorang dilibatkan secara aktif dalam menempuh proses belajar dan membangun pengetahuan.
Perubahan paradigma ini tidak dapat dihindari sekaligus juga mempengaruhi bidang desain sistem pembelajaran. Ada sejumlah alasan rasional yang mendasari implementasi pendekatan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran. Duffy dan Cunningham, dalam Jonassen (2003), mengemukakan beberapa alasan rasional yang melatar belakangi penggunaan pendekatan konstruktivistik dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
(1)   semua pengetahuan dan hasil belajar merupakan proses konstruksi individu,
(2)   pengetahuan merupakan konstruksi peristiwa yang dialami dari berbagai sudut pandang atau  perspektif,
(3)   proses belajar harus berlangsung dalam konteks yang relevan,
(4)   belajar dapat terjadi melalui media pembelajaran,
(5)   belajar merupakan dialog sosial yang bersifat inheren,
(6)   siswa yang belajar memiliki ragam latar belakang yang multidimensional, dan
(7)   memahami pengetahuan yang dipelajari merupakan pencapaian utama manusia.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui yaitu :
1.      Apa pendekatan konstruktivistik itu?
2.      Komponen-komponen apa saja yang terdapat dalam model pendekatan konstruktivistik?
3.      Aspek-aspek apa saja yang terdapat dalam pembelajaran atau desain pembelajan konstruktivistik?
4.      Apa perbedaan antara pengajaran tradisional dengan pembelajaran konstruktivistik?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1.        Untuk mengetahui pengretian pendekatan konstruktivistik.
2.        Untuk mengetahuo komponen-komponen yang terdapat dalam model pendekatan konstruktivistik.
3.        Untuk mengetahu aspek-aspek pembelajaran atau desain pembelajan konstruktivistik
4.        Untuk mengetahui perbedaan antara pengajaran tradisional dengan pembelajaran konstruktivistik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Konstruktivistik
Kontruktivistik adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (Sanjaya Wina, 2009).
Anita Woolfolk (2005) mengemukakan definisi pendekatan konstruktivistik sebagai “pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami”. (p. 323). Definisi lain yang dikemukakan oleh Gagnon dan Collay (2001) bahwa ”pendekatan konstruktivistik merujuk kepada asumsi bahwa manusia mengembangkan dirinya dengan cara melibatkan diri baik dalam kegiatan secara personal maupun sosial dalam membangun ilmu pengetahuan”. (p 10).
Belajar dalam pandangan ahli konstruktivis terkait dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu. Berdasarkan pandangan ini, tugas seorang guru atau instruktur adalah menciptakan lingkungan belajar yang sering disebut sebagai “scenario of problem” yang mencerminkan adanya pengalaman belajar yang otentik atau nyata dan dapat diaplikasikan dalam sebuah situasi yang sesungguhnya.
Konstruktivisme memiliki keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran penemuan (discovery learning), dan konsep belajar bermakna (meaningful learning). Kedua metode belajar ini berada dalam konteks teori belajar kognitif.
Peristiwa belajar akan berlangsung lebih efektif jika siswa berhubungan dengan objek yang sedang dipelajari dan ada di lingkungan sekitar. McCown, Driscoll, dan Roop dalam Cruicshank, dkk. (2006) mengemukakan bahwa siswa belajar dan membangun pengetahuan mereka manakala berupaya untuk memahami lingkungan yang ada disekitar mereka. Siswa bersentuhan langsung dengan objek atau peristiwa yang sedang dipelajari akan memberikan kemungkinan untuk membangun pemahaman yang baik tentang objek atau peristiwa.
Belajar merupakan pemaknaan terhadap peristiwa atau pengalaman yang dialami oleh individu. Siswa membangun pengetahuan baru melalui peristiwa yang dialami setiap saat. Pemberian makna terhadap pengetahuan diperoleh melalui akumulasi makna terhadap peristiwa yang dialami. Duffy dan Cunningham dalam Jonassen (2001) mengemukakan dua hal yang menjadi esensi dari pandangan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran, yakni:
(1)   Belajar lebih diartikan sebagai proses aktif membangun daripada sekedar proses memperoleh pengetahuan.
(2)   Pembelajaran merupakan proses yang mendukung proses pembangunan pengetahuan daripada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan.
Gagnon dan Collay dalam Cruickshank dkk (2006) berpendapat bahwa siswa belajar dan membangun pengetahuan manakala dia terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Contoh aktivitas pembelajaran yang menandai siswa melakukan konstruksi pengetahuan terdiri atas beberapa bentuk kegiatan, yaitu:
(1)   merumuskan pertanyaan secara kolaboratif,
(2)   menjelaskan fenomena yang dilihat,
(3)   berpikir kritis tentang isu-isu yang bersifat kompleks, dan
(4)   mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
B. Komponen-komponen pendekatan konstruktivistik
Konstruksi pengetahuan merupakan proses berpikir dan menafsirkan tentang suatu peristiwa yang dialami. Oleh karenanya pengetahuan yang dimiliki oleh individu merupakan pengetahuan yang bersifat unik pula. Proses belajar dalam diri individu dapat dikatakan telah terjadi apabila pengetahuan yang dimiliki dapat digunakan untuk menafsirkan pengalaman baru secara utuh, lengkap, dan lebih baik dari pada sebelumnya. Siswa perlu mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru. Mengaitkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru merupakan hal yang prinsip untuk membangun ilmu pengetahuan.
Tujuan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran adalah agar siswa memiliki kemampuan dalam menemukan, memahami, dan menggunakan informasi atau pengetahuan yang telah dipelajari. Implementasi pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa hal komponen penting sebagai berikut:
(1)   belajar aktif (active learning),
(2)   siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional,
(3)   aktivitas belajar harus menarik dan menantang,
(4)   siswa harus mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dalam sebauh proses yang disebut “bridging”,
(5)   siswa harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari,
(6)   guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuan,
(7)   guru harus dapat memberikan bantuan scaffolding yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh proses belajar.
Pendekatan konstruktivistik menghendaki peran guru yang berbeda dengan yang selama ini berlangsung. Guru tidak lagi berperan sebagai orang yang menyiapkan diri untuk melakukan presentasi pengetahuan di depan kelas, tetapi merancang dan menciptakan pengalaman-pengalaman belajar (learning experiences) yang dapat membantu siswa memberi makna terhadap konsep-konsep dan ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari. Guru perlu melatih siswa agar mampu mengaitkan, membuat rasional, dan memaknai konsep-konsep yang dipelajari.
Agar kegiatan pembelajaran yang dilandasi oleh pendekatan konstruktivistik dapat memberikan hasil yang optimal, ada beberapa factor yang perlu mendapat perhatian. Newby dkk. (2000) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
(1)    Berikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan belajar dalam konteks nyata. Belajar terjadi manakala siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam mengatasi suatu permasalahan,
(2)    Ciptakan aktivitas belajar kelompok. Belajar merupakan sebuah proses yang berlangsung melalui interaksi social antara guru dan siswa dalam menggali dan mengaplikasikan kombinasi pengetahuan yang telah mereka miliki,
(3)    Ciptakan model dan arahkan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan. Guru dan siswa bekerja bersama untuk mencari solusi terhadap suatu permasalahan.
C. Aspek-aspek pembelajaran atau desain pembelajan konstruktivistik Pembelajaran konstruktivistik
Aspek-aspek pembelajaran atau desain pembelajan konstruktivistik Pembelajaran konstruktivistik, memiliki empat aspek yang diuraikan sebagai berikut.
a.       Perencanan Kegiatan
1.      Guru mencaba menggali ide-ide peserta didik dengan menggunakan pertanyaan dan mengarahkannya serta menjelaskan unit-unit pelajaran secara keseluruhan
2.      Menerima dan mengalakkan peserta didik untuk menyampaikan ide-idenya
3.      Menggalang kepemimpinan peserta didik, kerjasama antara peserta didik, pencarian informasi dan pengambilan tindakan  nyata sebagai hasil proses pembelajaran.
b.      Strategi dalam Kelas
1.      Menggunakan pemikiran, pengalaman dan minat peserta didik untuk mengarahkan pembelajaran (seringkali mengubah rencana pembelajaran yang sudah disiapkan).
2.      Menggalakkan sumber-sumber informasi alternatif berupa materi tertulis dan pakar selain buku teks.
3.      Menggunakan pertanyaan terbuka
c.       Kegiatan Peserta Didik
1.      Menggalakkan peserta didik untuk mengelaborasi pertanyaan dan jawaban mereka.
2.      Menggalakkan peseta didik untuk mencari sebab-sebab dari suatu peristiwa dan situasi.
3.      Menggalakkan peserta didik untuk menguji ide mereka senidri. Misalnya , menjawab pertanyaan mereka, membuat dugaan-dugaan mengenai penyebab dan mebuat prediksi-prediksi tentang ide yang diajukan.
d.      Teknik Pembelajaran
1.      Mencari ide-ide peserta didik sebelum menyebutkan ide-ide guru atau sebeum mempelajari ide-ide dari buku teks atau sumber lain.
2.      Menggalakkan peserta didik untuk saling membandingkan dan memperdebatkan ide dan konsep temannya.
3.      Menggunakan metode pembelajaran kooperatif yang menekan kolaborasi, menghormati individualitas dan pengguanaan teknik pembagian kerja.
4.      Menggalakkan pemberian waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan analisis.
5.      Menghargai dan menggunakan semua ide yang dikemukakan peserta didik.
6.      Menggalakkan analisis pribadi, pengumpulan bukti-bukti nyata mendukung ide, dan perumusan kembali ide setelah ada pengalaman dan bukti baru.
D. Perbedaan antara pengajaran tradisional dengan pembelajaran konstruktivistik
Apabila dibandingkan antara pengajaran tradisional dengan pembelajaran konstruktivistik, memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :
Pengajaran Tradisional
Pembelajaran Konstruktivistik
Berfokus pada efisiensi
Berfokus pada pembelajaran secara mendalam dengan pengalaman belajar yang relevan
Pendekatan utama belajar adalah hafalan
Menuntut keterlibatan peserta didik secara penuh dan aktif belajar
Keterampilan diajarkan secara berurutan
Keterampilan dikembangkan dalam kegiatan belajar yang relevan
Materi pembelajaran diajarkan dengan urutan yang logis
Materi pembelajaran terintegrasi, harus digunakan dan disusun sendiri oleh peserta didik.

Selanjutnya, perbandingan pengajaran tradisional dengan pembelajaran konstruktivistik ditinjau dari empat aspek, yaitu : kurikulum, peran guru, peran peserta didik dan penilaian, sebagai berikut :
Pengajaran Tradisional
Pembelajaran Konstruktivistik
Kurikulum
Dari bagian keseluruhan
Dari keseluruhan kebagian penekanan pada konsep dasar dan keterampilan berpikir
Kurikulum baku
Responsive terhadap pertanyaan dan minat peserta didik
Sangat bergantung pada buku teks dan LKS
Sangat bergantung pada sumber data primer dan bahan manipulative

Peran Guru
Umumnya bertindak sebagai pendiseminasi informasi
Umumnya menyediakan lingkungan belajar bagi peserta didik
Mencari jawaban yang benar untuk mencek hasil belajar peserta didik
Mencari pendapat peserta didik untuk memahami konsepsi peserta didik saat ini sebagai dasar pembelajaran berikutnya
Peran Peserta Didik
“Kertas kosong” tempat guru menulis infomasi
“Pemikir” yang punya teori sendiri mengenai alam
Bekerja sendiri
Bekerja dalam kelompok
Penilaian
Dipandang sebagai kegiatan terpisah dari pengajaran, hampi seluruhnya melalui tes
Terjalin erat dengan kegiatan pembelajaran, melalui observasi kegiatan peserta didik, melalui pameran hasil karya peserta didik dan portofolio.














BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah:
(1)   Pendekatan konstruktivistik adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk melibatkan siswa berperan lebih aktif dan antusias terhadap suatu permasalahn dan tertarik untuk memecahkan permsalahan terebut secara langsung dalam proses pembelajaran.
(2)   Komponen-komponen dalam pendekatan konstruktivistik : belajar aktif (active learning), siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional, aktivitas belajar harus menarik dan menantang, siswa harus mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya dalam sebauh proses yang disebut “bridging”, siswa harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari, guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuan, guru harus dapat memberikan bantuan scaffolding yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh proses belajar.
(3)   Aspek-aspek pembelajaran atau desain pembelajan konstruktivistik, memiliki empat aspek yaitu: perencanaan kegiatan, strategi dalam kelas, kegiatan peserta didik, dan teknik pembeljaran.
(4)   Perbedaan antara pembelajaran tradisional dengan pembeljaran konstruktivistik, dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu : kurikulum,  peran guru, peran peserta didik, dan penilaian.


DAFTAR PUSTAKA
A Paper presented in the International Seminar on Instructional Technology. Universitas Negeri       Sebelas Maret, Surakarta.                   
Benny A.P. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT. Dian Rakyat
Cruickshank, D.R.et.al. (2006). The Act of Teaching. New York: McGraw Hill Inc
Degeng. Nyoman. S. Teori Pembelajaran 2: Terapan. Program Magister Manajemen Pendidikan             Universitas Terbuka. Malang
Gagnon, G.W. dan Collay, M. (2001). Designing for Learning: six Elements in Constructivist      Classroom. California: Corwin Pres Inc
Molenda, M. 2005. Technology, Hard & Soft for Acess in Quality and Quantity in Education.
Nurhayati, B. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Badan Penerbit UNM. Makassar.
Sanjaya Wina, 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana       Prenada Media Group. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar